Senin, 29 September 2014

Doa Rosario


[Puji Syukur no. 213]
Doa Rosario sebenarnya adalah doa renungan atas misteri keselamatan (dari saat Yesus mulai dikandung sampai Ia dimuliakan di surga dan mengutus Roh Kudus – seluruhnya 20 peristiwa). Sembari mendaras Salam Maria berulang-ulang (10 kali), para pendoa merenungkan salah satu misteri yang dirangkai dalam rosario.
Doa yang terus diulang-ulang ini sangat membantu memusatkan perhatian pada misteri keselamatan yang direnungkan. Tetapi hendkanya diingat bahwa doa-renungan ini harus dibangun dan dipupuk oleh iman; maka baik kaalu bacaan-bacaan singkat, renungan atau ayat-ayat nyanyian disisipkan di antara setiap dasa Salam Maria. Kalau tidak dilandasi iman, ada bahaya bahwa doa rosario menjadi rentetan kata-kata yang kosong.


Tatacara Berdoa Rosario
Dalam nama Bapa
Aku percaya…
Kemuliaan kepada Bapa…
Terpujilah…
Bapa kami…

Salam, Putri Allah Bapa. – Salam Maria…
Salam, Bunda Allah Putra, - Salam Maria…
Salam, Mempelai Allah Roh Kudus. – Slam Maria…

Lalu menyusul “Kemuliaan” dan “Terpujilah” seperti diatas.
Kemudian pemimpin membacakan peristiwa-peristiwa dari rangkaian misteri yang dipilih (lihat di bawah). Selanjutnya menyusul Bapa kami, 10 Salam Maria, Kemuliaan, Terpujilan. Lalu menyusul peristiwa kedua dan seterusnya.


Peristiwa-peristiwa Gembira, khususnya selama Masa Adven dan Natal

1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel (Luk 1:26-38).
2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya (Luk 1:39-45).
3. Yesus dilahirkan di Bethlehem (Luk 2:1-7).
4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah (Luk 2:22-40).
5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah (Luk 2:41-52).

Peristiwa-peristiwa Sedih, khususnya selama Masa Prapaskah dan tiap hari Jumat
1. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (Luk 22:39-46).
2. Yesus didera (Yoh 19:1).
3. Yesus dimahkotai duri (Yoh 19:2-3).
4. Yesus memanggul salib-Nya (ke Gunung Kalvari) (Luk 22:26-32).
5. Yesus wafat di salib (Luk 23:44-49).

Peristiwa-peristiwa Mulia, khususnya selama Masa Paskah dan tiap hari Minggu
1. Yesus bangkit dari kematian (Luk 21:1-12).
2. Yesus naik ke surga (Luk 24:50-53).
3. Roh Kudus turun atas para Rasul (Kis 2:1-13).
4. Maria diangkat ke surga (1Ko r15:23; DS 3903).
5. Maria dimahkotai di surga (Why 12:1, DS 3913-3917).
Peristiwa-peristiwa Terang.1. Yesus di baptis di sungai Yordan (Ma 3:16-17)
2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana (Yoh 2:11)
3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan(Mat4:17-23)
4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya (Mat 17:2-5)
5. Yesus menetapkan Ekaristi (Mrk 14:22-24)


Doa Rosario dilakukan pada Bulan Mei dan Bulan Oktober.

Santo Fransiskus Asisi, Pengaku Iman


Giovanni Francesco Bernardone lahir di Asisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah pada tahun 1182. Ayahnya, Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya; sedang ibunya Yohana Dona Pica, seorang puteri bangsawan picardia, Prancis. Ia dipermandikan dengan nama 'Giovanni Francesco Bernardone' tetapi kemudian lebih dikenal dengan nama 'Francesco' karena kemahirannya berbahasa Prancis yang diajarkan ibunya.
la sangat dimanjakan ayahnya sehingga berkembang menjadi seorang pemuda yang suka berfoya-foya dan pemboros. Pada umur 20 tahun ia bersama teman-temannya terlibat sebagai prajurit dalam perang saudara antara Asisi dan Perugia. Dalam pertempuran itu ia ditangkap dan dipenjarakan selama 1 tahun hingga jatuh sakit setelah dibebaskan. Pengalaman pahit itu menandai awal hidupnya yang baru. Ia tidak tertarik lagi dengan usaha dagang ayahnya dan corak hidup mewahnya dahulu. Sebaliknya ia lebih tertarik pada corak hidup sederhana dan miskin sambil lebih banyak meluangkan waktunya untuk berdoa di gereja, mengunjungi orang-orang di penjara dan melayani orang-orang miskin dan sakit. Sungguh suatu keputusan pribadi yang datang di luar bayangan orang sedaerahnya dan orangtuanya.
Tak lama kemudian ketika sedang berdoa di gereja San Damian di luar kota Asisi, ia mendengar suatu suara keluar dari Salib Yesus: "Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir rubuh ini!" Fransiskus tertegun sebentar lalu dengan yakin mengatakan bahwa suara itu adalah suara Yesus sendiri. Segera ia lari ke rumah. Tanpa banyak pikir dia mengambil setumpuk kain mahal dari gudang ayahnya lalu menjual kain-kain itu. Uang basil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian untuk membiayai perbaikan gereja itu. Tetapi pastor menolak pemberiannya itu.
Ayahnya marah besar lalu memukul dan menguncinya di dalam sebuah kamar. Ibunya jatuh kasihan lalu membebaskan dia dari kurungan itu. Setelah dibebaskan ibunya, ia kembali ke gereja San Damian. Ayahnya mengikuti dia ke sana, memukulnya sambil memaksanya mengembalikan uang hasil penjualan kain itu. Dengan tenang ia mengatakan bahwa uang itu sudah diberikan kepada orang-orang miskin. Ia juga tidak mau kembali lagi ke rumah meskipun ayahnya menyeret pulang. Ayahnya tidak berdaya lalu meminta bantuan Uskup Asisi untuk membujuk Fransiskus agar mengembalikan uang itu. Fransiskus patuh pada Uskup. Di hadapan Uskup Asisi, ia melucuti pakaian yang dikenakannya sambil mengatakan bahwa pakaian-pakaian itu pun milik ayahnya. Dan semenjak itu hanya Tuhan-lah yang menjadi ayahnya. Sang Uskup memberikan kepadanya sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang. Inilah pakaian para gembala domba dari Umbria, yang kemudian menjadi pakaian para biarawan Fransiskus.
Fransiskus tidak kecut apalagi sedih hati dengan semua yang terjadi atas dirinya. Ia bahkan dengan bangga berkata: "Nah, sekarang barulah aku dapat berdoa sungguh-sungguh "Bapa kami yang ada di surga." Dan semenjak itu Sabda Yesus "Barangsiapa yang mau mengikuti Aku, ia harus menjual segala harta kekayaannya dan membagikannya kepada orang miskin" menjadi dasar hidupnya yang baru. Sehari-harian ia mengemis sambil berkotbah kepada orang-orang yang ada di sekitar gereja San Damiano. Ia menolong orang-orang miskin dan penderita lepra dengan uang yang diperolehnya setiap hari. Ia sendiri hidup miskin. Kalau ia berbicara tentang nasehat-nasehat Injil, ia menggunakan bahasa lagu-lagu cinta yang populer dan bahasa-bahasa puitis. Ia sendiri rajin menyusun puisi-puisi dan selalu membacakannya keraskeras kalau ia berjalan jalan.
la disebut orang sekitar dengan nama "Poverello" (=Lelaki miskin). Cara hidupnya, yang miskin tetapi selalu gembira dan penuh cinta kepada orang-orang miskin dan sakit, menarik minat banyak pemuda. Pada tahun 1209, ada tiga orang bergabung bersamanya: Bernardus Guantevale, seorang pedagang kaya; Petrus Katana, seorang pegawai, dan Giles, seorang yang sederhana dan bijak. Harta benda mereka dipakai untuk melayani kaum miskin dan orang-orang sakit. Bersama derigan tiga orang itu, Fransiskus membentuk sebuah komunitas persaudaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah ordo yaitu "Ordo Saudara-saudara Dina", atau "Ordo Fransiskan." Tak ketinggalan wanita-wanita. Klara, seorang gadis Asisi meninggalkan rumahnya dan bergabung juga bersamanya. Bagi Klara dan kawan-kawannya, Fransiskus mendirikan sebuah perkumpulan khusus. Itulah awal dari Kongregasi Suster-suster Fransiskan atau Ordo Kedua Fransiskan.
Fransiskus ditahbiskan menjadi diakon dan mau tetap menjadi seorang diakon sampai mati. Ia tidak mau ditahbiskan menjadi imam. Lebih dari orang-orang lain, Fransiskus berusaha hidup menyerupai Kristus. Ia. menekankan kemiskinan absolut bagi para pengikutnya waktu itu. Sebagai tambahan pada kaul kemiskinan, kemurnian dan ketaatan, ia menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan, dan kesederhanaan hidup. Ordo Benediktin yang sudah lama berdiri memberi mereka sebidang tanah. Demi sahnya komunitas yang dibentuknya, dan aturan hidup yang disusunnya, ia berangkat ke Roma pada tahun 1210 untuk meminta restu dari Sri Paus Innosensius III (1198-1216). Mulanya Sri Paus menolak. Tetapi pada suatu malam dalam mimpinya, Paus melihat tembuk-tembok Basilik Santo Yohanes Lateran berguncang dan Fransiskus sendiri menopangnya dengan bahunya. Pada waktu pagi, Paus langsung memberikan restu kepada Fransiskus tanpa banyak bicara.
Lagi-lagi Ordo Benediktin menunjukkan perhatiannya kepada Fransiskus dan kawan-kawannya. Kapela Maria Ratu para Malaekat di Portiuncula, milik para rahib Benediktin, kira-kira dua mil jauhnya dari kota Asisi, diserahkan kepada Fransiskus oleh Abbas Ordo Benediktin. Fransiskus gembira sekali. Ia mulai mendirikan pondok-pondok kecil dari kayu di sekitar kapela itu sebagai tempat tinggal mereka yang pertama. Kemudian Chiusi, seorang tuan tanah di daerah itu, memberikan kepadanya sebidang tanah di atas bukit La Verna, di bilangan bukit-bukit Tuscan. La Verna kemudian dijadikannya sebagai tempat berdoa dan bermeditasi. Semangat kerasulannya mulai membara dari hari ke hari. Dalam hatinya mulai tumbuh keinginan besar untuk mempertobatkan orangorang Muslim di belahan dunia Timur. Ia mulai menyusun rencana perjalanan ke Timur. Pada musim gugur tahun 1212, ia bersama seorang kawannya berangkat ke Syria. Tetapi nasib sial menghadang mereka di pertengahan jalan. Kapal yang mereka tumpangi karam dan mereka terpaksa kembali lagi ke Italia. Tetapi ia tidak putus asa. Ia mencoba lagi dan kali ini ia mau pergi ke Maroko melalui Spanyol. Tetapi sekali lagi niatnya tidak bisa terlaksana karena ia jatuh sakit. Pada bulan Juni 1219, ia sekali lagi berangkat ke belahan dunia Timur bersama 12 orang temannya. Mereka mendarat di Damaieta, delta sungai Nil, Mesir. Di sana mereka menggabungkan diri dengan pasukan Perang Salib yang berkemah di sana. Nasib sial menimpa dirinya lagi. Ia ditawan oleh Sultan Mesir. Saat itu menjadi suatu peluang baik baginya untuk berbicara dengan Sultan Islam itu. Sebagai tawanan ia minta izin untuk berbicara dengan Sultan Mesir. Ia. berharap dengan pertemuan dan pembicaraan dengan Sultan, ia dapat mempertobatkannya. Sultan menerima dia dengan baik sesuai adat sopan santun ketimuran. Namun pertemuan itu sia-sia saja. Sultan tidak bertobat dan menyuruhnya pulang kepada teman-temannya di perkemahan setelah mendengarkan kotbahnya.
Setelah beberapa lama berada di Tanah Suci, Fransiskus dipanggil pulang oleh komunitasnya. Selama beberapa tahun, ia berusaha menyempurnakan aturan hidup komunitasnya. Selain itu ia mendirikan lagi Ordo Ketiga Fransiskan. Ordo ini dikhususkan bagi umat awam yang ingin mengikuti cara hidup dan ajarannya sambil tetap mengemban tugas sebagai bapa-ibu keluarga atau tugas-tugas lain di dalam masyarakat. Para anggotanya diwajibkan juga untuk mengikrarkan kaul kemiskinan dan kesucian hidup. Kelompok ini lazim disebut kelompok "Tertier". Tugas pokok mereka ialah melakukan perbuatan-perbuatan baik di dalam keluarga dan masyarakat dan mengikuti cara hidup Fransiskan tanpa menarik diri dari dunia.
Ordo Fransiskan ini berkembang dengan pesat dan menakjubkan. Dalam waktu relatif singkat komunitas Fransiskan bertambah banyak jumlahnya di Italia, Spanyol, Jerman dan Hungaria. Pada tahun 1219 anggotanya sudah 5000 orang. Melirlat perkembangan yang menggembirakan ini maka pada tahun 1222, Paus Honorius III (1216-1227) secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan hidupnya. Pada tahun 1223, Fransiskus merayakan Natal di daerah Greccio. Upacara malam Natal diselenggarakan di luar gereja. Dia rnenghidupkan kembali. gua Betlehem dengan gambar-gambar sebesar badan. Penghormatan kepada Kanak-kanak Yesus yang sudah menjadi suatu kebiasaan Gereja dipopulerkan oleh Fransiskus bersama para pengikutnya.
Pada umur 43 tahun ketika sedang. berdoa di bukit La Verna sekonyong-konyong terasa sakit di badannya dan muncul di kaki dan tangan serta lambungnya luka-luka yang sama seperti luka-luka Yesus. Itulah 'stigmata' Fransiskus. Luka-luka itu tidak pernah hilang seliingga menjadi sumber rasa sakit dan kelemahan tubuhnya. Semenjak peristiwa ajaib itu, Fransiskus mulai mengenakan sepatu dan mulai menyembunyikan tangan-tangannya di balik jubahnya.
Fransiskus dikagumi orang-orang sezamannya bahkan hingga kini karena berbagai karunia luar biasa yang dimilikinya. Ia dijuluki "Sahabat alam semesta" karena cintanya yang besar dan dalam terhadap alam ciptaan Tuhan. Semua ciptaan menggerakkan jiwanya untuk bersyukur kepada Tuhan dan memuliakan keagunganNya. Seluruh alam raya beserta isinya benar-benar berdamai dengan Fransiskus. Ia dapat berbincang-bincang dengan semua ciptaan seperti layaknya dengan manusia. Semua disapanya sebagai 'saudara': saudara matahari, saudari bulan, saudara burung-burung, dll. Ia benar-benar menjadi sahabat alam dan binatang.
Lama kelamaan kesehatannya semakin menurun dan pandangan matanya mulai kabur. Dalam kondisi itu, ia menyusun karyanya yang besar "Gita Sang Surya." Salah satu kidung di dalamnya, yang melukiskan tentang 'keindahan saling mengampuni' dipakainya untuk mendamaikan Uskup dengan Penguasa Asisi yang sedang bertikai. Ia diminta untuk mendamaikan keduanya. Untuk itu ia menganjurkan agar perdamaian itu dilakukan di halaman istana uskup bersama beberapa imam dan pegawai kota. Ia sendiri tidak ikut serta dalam pertemuan perdamaian itu. Namun ia mengutus dua orang rekannya ke sana dengan instruksi untuk menyanyikan lagu "Gita Sang Surya", yang telah ia tambahi dengan satu bagian tentang 'keindahan saling mengampuni'. Ketika mendengar nyanyian yang dibawakan dengan begitu indah oleh dua orang biarawan Fransiskan itu, Uskup dan Penguasa Asisi itu langsung berdamai tanpa banyak bicara.
Menjelang tahun-tahun terakhir hidupnya, ia mengundurkan diri. Sebab, di antara saudara-saudarariya seordo terjadilah selisihpaham mengenai penghayatan hidup miskin seperti yang diointai dan dihayatinya sendiri. Pada tanggal 3 Oktober 1226 dalam umur 44 tahun, Fransiskus meninggal dunia di kapela Portiuncula. Dua tahun berikutnya, ia langsung dinyatakan 'kudus' oleh Gereja.
Fransiskus adalah orang kudus besar yang dikagumi Gereja dan seluruh umat hingga kini. Kebesarannya terletak pada dua hal berikut: kegembiraannya dalam hidup yang sederhana, menderita lapar dan sakit, dan pada cintanya yang merangkul seluruh ciptaan. Ketika Gereja menjadi lemah dan sakit karena lebih tergiur dengan kekayaan dan kekuasaan duniawi, Fransiskus menunjukkan kembali kekayaan iman Kristen dengan menghayati sungguh-sungguh nasehat-nasehat dan cita-cita Injil yang asli: kerendahan hati, kemiskinan dan cinta.!


sumber: http://www.imankatolik.or.id/

Santo Laurensius, Martir


Laurensius lahir pada abad III di Via Tiburtino, Roma, dari keluarga bangsawan yang kaya. Ayahnya bernama Crence dan ibunya Patience. Pada waktu itu orang Kristen sudah mempunyai banyak pengikut, namun masih menderita banyak kesukaran, terutama dari penguasa Romawi yang kejam. Kaisar Romawi pada waktu itu adalah Valerianus yang menuntut penyembahan dewa-dewa kepada semua warganya. Padahal orang-orang Kristen dengan giatnya menyebarkan Injil, yang bertentangan dengan penyembahan dewa-dewa. Maka, mereka pun menghadapi resiko yang amat besar. Banyak dari mereka yang kemudian ditangkap dan dibunuh atas perintah kaisar.
Ketika itu Laurensius belum dibaptis, namun ia amat tertarik kepada ajaran Kristus. Ia sering pergi ke Gereja dan mendengarkan dengan tekun khotbah dan pengajaran Katolik, sehingga ia pun layak dipermandikan. Kemudian Laurensius menjadi seorang Katolik yang amat saleh dan bersemangat untuk menyebarkan agamanya. Selain saleh, ia juga didapati amat dekat dengan rakyat jelata. Oleh karena kebaikannya ini, Paus Sixtus II (257-258) berkenan mengangkatnya menjadi diakon. Laurensius termasuk salah satu dari ketujuh diakon agung yang membantu Sri Paus di Roma. Oleh Paus Sixtus, Laurensius ditugaskan mengurus harta kekayaan Gereja dan membagi-bagikan derma kepada para fakir miskin di seluruh kota Roma. Ia menunaikan tugasnya dengan sabar, penuh cintakasih, dan halus budi. Ia berhasil menarik orang-orang tak terpelajar dan kaum miskin ke Gereja. Tentu saja Kaisar menjadi marah sekali mendengar itu semua dan semakin gigih mengejar umat Kristen. Penganiayaan dan pengejaran itu meluas ke seluruh kota Roma, hingga Yang Mulia Bapa Suci pun terpaksa berdiam di bawah tanah di dalam katakombe. Di dalam katakombe-katakombe itulah para imam mengurbankan Misa suci.
Pada tanggal 6 Agustus 258, katakombe Praetextatus masih gelap. Di segala penjuru sunyi senyap, pintu batu yang menganga lebar tidak pula ditembusi sinar terang. Tiba-tiba orang yang menjaga pintu melihat nyala lilin di dalam kegelapan. Ia bangkit tegak berdiri, siap dengan senjatanya. Nyala lilin makin mendekat, 8 orang nampak bersama-sama mendekati pintu “Pax Christi, Salam Kristus bagimu,” bisik si penjaga pintu. Serentak mereka memberikan jawaban, “Pax Christi.” Penjaga pintu pun berlutut, ketakutannya lenyap. Kedelapan orang itu lalu masuk ke bagian paling dalam dari katakombe. Di tempat itulah Sri Paus Sixtus II hendak mempersembahkan Misa.
Lilin di kanan kiri altar telah dinyalakan. Misa dimulai, imam Quartus, diakon Laurensius yang jenaka, serta keenam diakon lainnya dengan khidmat berlutut di depan altar. “Kyrie eleison... Christe eleison....,”berbagai doa permohonan turut serta dipanjatkan ke hadirat Tuhan. Ketika Misa sampai pada Gloria... tiba-tiba terdengarlah jerit penjaga pintu, suaranya tercekik, tak jelas, minta tolong...! Jeritan disusul teriakan dahsyat bergema di segala penjuru katakombe.
Segerombolan serdadu ganas telah masuk ke kapel di katakombe; jalan masuk telah mereka temukan. Penjaga pintu mereka bunuh. Dengan kasar ditariknyalah Sri Paus Sixtus II dari altar suci. Sebentar saja kedua tangan beliau telah terikat erat-erat bersilang di belakang. Ketujuh orang diakon dan imam berusaha menolong tetapi jumlah serdadu jauh lebih banyak dan bersenjata lengkap sehingga tak lama mereka pun ikut terbelenggu semua.

“Hai saudara-saudara, apa sebabnya kamu menangkap saya?” tanya Sri Paus.
“Tak perlu tanya-tanya!” jawab serdadu-serdadu tanpa sopan. “Lihat apa ini? Tak mengertikah kau akan edictum Kaisar Valerianus ini?”
“Kaisar menyuruhmu menangkap saya,” ujar Bapa Suci setelah menatap edictum itu.
“Tak salah katamu!”
“Tangkaplah saya, tetapi biarkan diakon-diakon ini tinggal di sini,” kata Bapa Suci tanpa gentar sedikit pun menghadapi maut.
“Tak ada perkecualian!” Maka Sri Paus, imam Quartus dan keenam diakon pun diseret keluar dan dihadapkan ke pengadilan walikota Roma.

Kemudian Sri Paus Sixtus dibawa kembali ke katakombe Praetextatus untuk dihukum mati di sana. Sementara itu Laurensius meminta agar walikota memperbolehkannya ikut serta pergi ke katakombe. Akhirnya, dengan dikawal serdadu Laurensius menyusul Sri Paus Sixtus II yang telah berada di sana. Hampir terlambat... serdadu telah mengayunkan kapaknya. Cepat bagaikan kilat Laurensius berteriak, menjatuhkan dirinya, dan mencium kaki Sri Paus Sixtus II.

“Oh, Bapa Suci, engkau tidak akan pernah pergi tanpa diakonmu ini!”
“Laurensius, tabahkanlah hatimu. Biarkanlah aku mendahuluimu,” demikian kata Bapa Suci menenangkan Laurensius. Serdadu terpaku, kapak perlahan-lahan kembali ke bahunya.
“Ah Bapa Suci, pernahkah aku tidak setia kepadamu? Pernahkah aku mengingkarimu? Bapa Suci, aku ikut serta denganmu,” pinta Laurensius.
“Kudoakan, jangan berkecil hati. Tak lama lagi engkau akan menyusul aku ke hadirat Tuhan. Bahkan penderitaanmu akan lebih besar dari ini. Tinggallah sebentar. Bagikanlah derma dan dana yang ada pada Gereja ke-pada orang-orang miskin. Sudah Laurensius, sekian!”

Sang algojo pun sudah tak sabar, kapak diangkat tinggi-tinggi, dan... kepala Bapa Suci pun terguling jatuh ke tanah. Laurensius tak bergerak, air matanya meleleh jatuh ke pangkuannya. Tak lama kemudian Laurensius pun dibawa kembali ke hadapan pengadilan walikota. Tentunya walikota Roma sangat senang melihat Laurensius dihadapkan kembali kepadanya. Mukanya berseri-seri seolah-olah tak tahu menahu akan kepedihan hati Laurensius.

“Saudaraku Laurensius, saya merasa kasihan padamu. Kau masih muda, tampan pula rupamu. Janganlah kau bertegar hati dengan kepercayaanmu itu.”
“Apa gunanya berbicara denganmu, hai Tuan Mulia! Apa yang ingin kauperbuat terhadap diriku, lakukanlah dengan segera,” jawab Laurensius dengan jenaka. Walikota tak menampakkan kemarahannya, bahkan ditutupinya dengan senyum manis yang dibuat-buat.
“Laurensius, aku tak bermaksud membunuh engkau, asal...”
“Aku tak akan mengingkari imanku!” jawab Laurensius.
“Bukan begitu yang kumaksud.”
“Apa lagi?”
“Tak perlu kauingkari imanmu, asalkan kau mau menyerahkan semua harta benda Gereja yang kaukuasai itu kepada kekaisaran Roma guna kepentingan perangnya. Aku jamin dengan demikian engkau akan selamat.”
“Harta benda Gereja?”
“Ya, semua uang dan semua harta bendanya.”
“Baik, aku bersedia menyerahkan, tetapi beri aku waktu 3 hari untuk mempertimbangkan ini semua masak-masak.”
“Laurensius sahabatku, bagus betul keputusanmu. Engkau akan selamat!”

Lalu Laurensius pun dilepaskan dari penjara. Setelah lepas dari penjara, Laurensius menjalankan tugasnya, yaitu dengan cara membagikan harta benda kepada fakir miskin. Bahkan ia menjelajah segala pelosok kota Roma sampai ke pedusunan-pedusunan pula. Ia mengumpulkan orang-orang sakit, janda, anak-anak yatim piatu dan terlantar, para pengemis di pinggiran jalan-jalan; mereka semua diarak ke kota Roma. Di sanalah mereka mendapat makanan dan pakaian dari Laurensius. Berduyun-duyun segala orang miskin dengan segera membanjiri kota, hingga selama dua hari terkumpullah sekitar 1500 orang, tua muda, besar kecil, laki-laki dan perempuan.

"Saudara-saudariku sekalian,” demikian seru Laurensius kepada mereka. “Tuhan telah berkenan mengumpulkan kamu semua di kota ini. Lihatlah, Tuhan telah memberi kamu apa saja yang kamu butuhkan. Ambillah ini, pakailah, itu semua untukmu, dan berterima kasihlah kepada Tuhan.”
Serentak mereka semua berlutut bersyukur, “Terima kasih, ya Tuhan.”
“Hai saudara-saudariku, hanya satu permintaanku kepadamu. Datanglah besok pagi kekoloseum menghadap pengadilan kota Roma,” demikian Laurensius melanjutkan.
“Akan dihukumkah kami?” tanya orang-orang miskin itu.
“Jangan takut, Tuhan akan melindungimu.”

Pada keesokan harinya, yaitu pada hari ketiga, Laurensius bersama dengan sekitar 1500 orang miskin dan sengsara pergi me-nuju Colloseum di kota Roma. Pengadilan kota Roma telah siap menanti kedatangan Laurensius yang akan menyerahkan semua harta benda Gereja kepada Kaisar.

“Ha-ha-ha, selamat datang Laurensius! Kaisar akan sangat gembira menyambutmu. Sudah siapkah engkau menyerahkan semua harta benda itu?”
“Ya Tuan, semua sudah siap!”
“Bagus benar! Di manakah harta benda itu?”
“Semuanya telah kubawa ke sini. Lihatlah, semuanya telah sedia!”

Di dekat koloseum orang-orang yang datang bersama Diakon Laurensius telah tak sabar lagi menanti, gaduh benar suaranya. Walikota pun dengan diiringi Laurensius datang ke tempat orang-orang itu berkumpul.

“Mana harta benda yang kaukatakan tadi?”
“Tuan walikota yang terhorhat, ambillah dan peliharalah orang-orang miskin dan sengsara ini.Mereka inilah yang menjadi kekayaan Gereja. Ambillah, persembahkanlah kepada Kaisar.”

Walikota pun segera naik pitam, “Kurang ajar! Gila betul, engkau memperolok-olok saya. Serdadu, tangkap orang gila ini! Bawa ke tempat penggorengan!”
Serdadu pun menangkap Laurensius, menanggalkan bajunya, dan menariknya ke atas penggorengan. Kaki tangannya terikat erat pada sisi-sisi tempat tidur besi. Orang-orang miskin yang hadir di situ terkejut mendengar keputusan ini. Mereka berusaha membela Laurensius dan melepaskannya, tetapi tak berdaya melawan para serdadu yang bersenjata lengkap. Dengan menggerutu walikota duduk di dekat penggorengan tempat Laurensius terentang. Di sekeliling tempat itu para pembesar kota juga telah hadir untuk menyaksikan pertunjukan yang sangat mengerikan itu.
Walikota berdiri tegak dan dengan garang memandang Laurensius, “Algojo! Ambil alat penyesahmu. Cambuk orang gila ini sampai sepuasmu!” Walau tubuh Laurensius ge-etar penuh luka, namun wajahnya tetap tersenyum. “Ya Tuhan, kuatkanlah hambamu ini,” bisiknya dalam hati. Para penonton kagum, mereka menggeleng-gelengkan kepala. Walikota semakin marah, ia merasa terhina. “Ambil kayu bakar, nyalakan api di bawah penggorengan itu!”
Kayu mulai menyala dan dengan perlahan membakar daging Laurensius sedikit demi sedikit. Namun, wajah Laurensius yang menatap orang-orang di sekelilingnya memancarkan sinar yang indah. Setelah penderitaan yang lama, ia berpaling kepada walikota dan berkata dengan senyum yang gembira, “Hai, Tuan Walikota yang mulia! Suruhlah serdadu-serdadumu ini membalikkan tubuhku ini, sebab yang sebelah bawah telah masak. Suruhlah balikkan agar yang sebelah lain masak juga!” Dengan marah dan geram walikota berteriak, “Serdadu, besarkan api! Buat api berkobar-kobar, seganas mungkin!”
Tiba-tiba walikota mundur sedikit. Semua yang hadir berpandang-pandangan, kerongkongan mereka bagai tersumbat. Ada apa gerangan? Dari tubuh yang menderita itu tersebar aroma yang harum memenuhi seluruh tempat itu. “Bau apa ini?” mereka berbisik-bisik. Tak seorang pun dapat menjawab; mereka sangat ketakutan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sementara itu Laurensius yang gagah berani telah menghadap ke hadirat Tuhan sebagai seorang ksatria Kristus.....
Banyak di antara mereka yang hadir sangat kagum akan ketabahan Sang Martir ini. Seketika itu pula banyak dari mereka bertobat, berpaling kepada Kristus, dan minta dipermandikan. Sebagian orang lainnya meminta tubuh Sang Martir yang telah hangus itu, dan menguburkannya di Ciriaca dalam Kampus Verano di Via Tiburtina; ketika itu tanggal 10 Agustus 258. Di kemudian hari, pada zaman Kaisar Konstantinus Agung, di atas makam Diakon Laurensius didirikan sebuah gereja megah yang melambangkan keperwiraan Sang Martir.
St. Ambrosius mengemukakan bahwa walaupun tubuh St. Laurensius terbakar di atas benda yang bernyala dengan api, tetapi api cinta Tuhan jauh lebih berkobar-kobar di dalam hatinya, dan membuatnya tidak lagi menghiraukan rasa sakit yang dideritanya. Dalam tulisan-tulisan St. Agustinus dikatakan, “Martir ini tidak merasakan siksaan-siksaan para penyiksanya, karena begitu mendalam keinginannya untuk memiliki Kristus.”
Karunia-karunia kecil diberikan kepada orang-orang yang berdoa dengan perantaraan St. Laurensius supaya mereka terdorong untuk memohon karunia yang lebih besar, yaitu cinta kasih kepada sesama dan kesetiaan kepada Kristus.

“Jiwaku melekat pada-Mu, ya Tuhan, dan tubuhku dipanggang demi nama-Mu.”




Bukit Doa Tomohon, Sulawesi Utara

Bukit Doa Tomohon dikenal juga dengan sebutan "Bukit Kelong, Jalan Salib Mahawu, Kebun Raya Tomohon, Prayer Hill of Tomohon, Mahawu Payer Hill. Bukit Doa ini adalah salah satu tempat wisata alam dan wisata Religius.
Bukit doa ini terletak di Tomohon, sekitar30 km dari kota Manado. Bukit Doa ini tampil cantik dengan begitu banyaknya bunga-bunga dan background gunung Lokon.



Di Bukit Doa ini terdapat sebuah Kapel yang bernama Chapel of Mother Mary. Kapel ini sering digunakan sebagai tempat peribadatan orang-orang yang beragama Katolik. Selain itu, Kapel ini bisa dijadikan tempat foto prewedding. Disini juga bisa melangsungkan pemberkatan nikah untuk Agama Katolik.                                                                  



Selain Kapel, bangunan lainnya yang terdapat di Bukit Doa ini adalah  Amphitheatre yang cukup besar dengan kapasitas sekitar 1500 orang. Amphiteater ini nampaknya sangat rekomended bila dipakai sebagai tempat kotbah outdor, untuk kegiatan gathering, pertunjukan seni atau retreat Kristiani.


.

Salah satu bagian yang juga tak mungkinbisa dilewatkan adalah Jalan Salib. Itulah alasan mengapa orang khususnya yang beragama Katolik berkunjung ke tempat ini untuk mengadakan Ibadah jalan Salib.



Rute Dari Jalan Salib ini berakhir di Gua Maria 


Lokasi yang bersih, indah, tenang, dengan banyaknya bangunan unik dan akses yang mudah dari Manado menjadikan Bukit Doa Tomohon sayang dilewatkan bila anda mengunjungi kota ini.



Danau Linau Tomohon, Sulawesi Utara


Danau Linau merupakan danau yang unik, Mengapa? Karena Danau yang terletak di kelurahan Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, bila terkena sinar matahari, warna danau ini terlihat mempunyai 3 warna, yaitu merah, kuning dan hijau. Walaupun sekarang warna yang tampak sudah lebih dari 3 warna.
Warnanya akan lebih dari 3 jika matahari tepat berada di atas permukaan danau. Warna-warna itu karena pengaruh dari belerang.
Lokasi danau ini dulunya adalah kawah gunung berapi. Menurut cerita turun temurun dari orang-orang tua di wilayah itu, danau ini dulunya kawah. Namun setelah proses alam ribuan tahun menjadi danau.
Luas danau sekitar 46 hektare dengan kedalaman mencapai 36 meter. "Kalau mandi air belerang bisa saja. Tapi dilarang untuk mandi dalam danau. Lumpurnya berbahaya. Kelihatan dari permukaan dangkal padahal dalamnya bisa mencapai puluhan meter,"
Danau Linau kini menjadi daerah tujuan wisata di Sulawesi Utara. Keunikannya membuat sejumlah turis asing tertarik untuk membuat foto prewedding di kawasan ini.
 Untuk masuk ke kawasan ini tamu lokal, nasional ataupun internasional mendapat beban yang sama. Biaya masuk anak-anak maupun dewasa Rp 20.000 per orang.
Kawasan wisata ini terdiri dari pemandangan di sekitar danau, pondok peristirahatan, hutan pinus, air panas belerang untuk berendam kaki atau mandi dan kafe yang menyiapkan aneka makanan dan minuman.



sumber: http://www.tribunnews.com/

Taman Nasional Bunaken Sulut

Taman Nasional Bunaken adalah taman laut yang terletak di Sulawesi UtaraIndonesia. Taman ini terletak di Segitiga Terumbu Karang, menjadi habitat bagi 390 spesies terumbu karang dan juga berbagai spesies ikan, moluska, reptil dan mamalia laut. Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem laut Indonesia, meliputi padang rumput laut, terumbu karang dan ekosistem pantai.


Taman nasional ini didirikan pada tahun 1991 dan meliputi wilayah seluas 890.65 km. 97% dari taman nasional ini merupakan habitat laut, sementara 3% sisanya merupakan daratan, meliputi lima pulau: Bunaken, Manado Tua, Mantehage, Naen dan Siladen.




Flora dan fauna

Taman Nasional Bunaken memiliki ekosistem terumbu karang yang sangat kaya. Terdapat sekitar 390 spesies terumbu karang di wilayah ini.Spesies alga yang dapat ditemui di Taman Nasional Bunaken adalah CaulerpaHalimeda dan Padina, sementara spesies rumput laut yang banyak ditemui adalah Thalassia hemprichii, Enhallus acoroides, dan Thalassaodendron ciliatum. Taman Nasional Bunaken juga memiliki berbagai spesies ikan, mamalia laut, reptil, burung, moluska dan mangrove. Sekitar 90 spesies ikan tinggal di perairan wilayah ini.
Di daratan, pulau ini kaya akan Arecaceaesagu, woka, silar dan kelapa. Selain itu, Taman Nasional Bunaken juga memiliki spesies hewan yang tinggal di daratan, seperti rusa dan kuskus. Hutan mangrove di taman ini menjadi habitat bagi kepiting,lobstermoluska dan burung laut.

Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu daya tarik di Sulawesi Utara. Tempat inin adalah salah satu tujuan para wisatawan lokal maupun mancanegara. 
Banyak orang berkata, "Tidaklah lengkap, jika datang berkunjung ke Sulawesi Utara tanpa berkunjung ke Taman Nasional Bunaken"


Sumber informasi: http://id.wikipedia.org/